Langsung ke konten utama

Kere Hore di Era Digital dan IoT


Kata generasi X, kita sebagai kaum milenial (Generasi Y) merupakan korban rezim kapitalisme global yang ekstraktif dan eksplotitatif. Maksudnya, konsumerisme begitu mudah menaklukkan berbagai golongan ekonomi manusia-menengah ke bawah hingga ke atas-untuk membelanjakan uangnya padahal jika barang itu tidak ada, orang tersebut masih dapat melakukan aktivitas hidupnya dengan normal. Paparan berbagai media iklan membuat kita begitu antusias, terlebih ketika targetnya adalah ajang showoff di sosial media, apapun dilakukan untuk mendapatkan 'like' baik secara virtual maupun nyata. Namun, disamping menjadi korban rezim kapitalisme global, kita sebaiknya juga harus 'smart' dalam mengelola keuangan di era digital dan IoT (Internet of Things) dengan memanfaatkan berbagai momentum yang dapat menghemat pengeluaran, bahkan surplus ! Berikut saya rangkum pengalaman saya dalam mengelola keuangan, mendapatkan uang dari berbagai event digital dan mendapatkan barang tanpa perlu banyak mengeluarkan uang.

Sudah menjadi hal klasik jika membicarakan promo untuk ajang penghematan. Bahkan terkadang, promo malah menjadi ajang konsumtif para mileniel, pun demikian dengan saya pribadi. Namun, promo yang saya maksud lebih ke promo di berbagai lokapasar (e-commerce) dan media jual-beli digital lainnya seperti sektor transportasi dan hiburan.

Cashback
Sebagai penjual dan pembeli di lokapasar dalam tiga tahun belakangan, tentu saya paham seluk beluk mereka dalam memberikan promosi. Sebetulnya ini adalah fungsi dari valuasi mereka, semakin besar valuasi perusahaan tentu mereka akan semakin sering 'membakar' uang untuk memperlebar exposure guna mendapatkan retensi user yang semakin banyak. Hal semacam ini dipelajari dalam Marketing Funnel.

Marketing funnel
Kalau boleh saya bilang, berikut urutan lokapasar yang sering menguntungkan user dalam hal potongan harga, cashback atau promo-promo tak terduga lainnya, versi saya:
  1. Tokopedia
  2. Shopee
  3. Bukalapak
  4. JD.id
  5. Lazada
Berikut pengalaman saya dalam me mperoleh promo dari berbagai lokakarya di atas

Tokopedia sering memberikan promosi berupa cashback belanja hingga promo gratis ongkos kirim. Ya memang terkadang porsinya tidak terlalu besar dan terkadang diperlukan kecermatan untuk memaksimalkan keuntungan bagi diri kita. Di tanggal 25 mei 2018 lalu misalnya, tokopedia memberikan promosi 'gila' dengan mengadakan flash sale seharga 25 ribu rupiah untuk berbagai macam barang, bahkan mengobral mobil toyota yarris dengan diskon 99%. Meskipun kemungkinan mendapatkan hal semacam itu sangat kecil, bukan berarti kita tidak perlu mencobanya.

Saya mendapatkan ketupat semacam gacha di tokopedia dan mendapatkan kupon cashback 10% hingga 250.000 sebanyak lima kupon dan hanya bisa digunakan pada tanggal 25 Mei 2018. Artinya, saya harus membelanjakan uang saya sebesar Rp2.500.000 untuk mendapatkan Rp250.000

Tentu ini mendorong belanja yang gila-gilaan. Untuk menghindari pengeluaran yang tidak perlu dan tetap mendapatkan keuntungan kupon tersebut, pertama tentu saya harus membaca S&K dari promo tersebut. Solusi akhir saya yaitu dengan melakukan transaksi dengan 'teman' untuk mendapatkan keuntungannya. Apakah hal ini fiktif ? Setelah saya pikir lebih lanjut, ternyata tidak fiktif kecuali anda menggunakan resi pengiriman fiktif sehingga hanya sebatas permainan di depan komputer. Akhirnya, Rp1.250.000 saya dapatkan meskipun harus menggunakan modal 10x lipatnya, anggap saja sebagai media investasi.



Begitupun untuk produk digital lainnya misalnya tiket pesawat. Tokopedia begitu sering memberikan promosi produk digital seperti voucher game, tiket kereta, dan lain-lain. Untuk promo ini baru saja berlangsung 6-7 juni 2018 untuk masing-masing potongan 30% hingga Rp200.000. Tentu penghematan yang signifikan bukan ? terlebih bagi yang sudah mendapatkan penghasilan sendiri dan tau kalau cari uang itu susah hahaha

Selain memanfaatkan promo bagi diri sendiri, promo semacam ini dapat dijual kembali. Misalnya sewaktu ada cashback voucher game. Saya membeli voucher game dengan potongan harga kurang lebih total 150.000 dan saya jual kembali untuk mendapatkan margin tersebut. Meskipun terbilang kecil dan membutuhkan modal, jika ada uang nganggur, mengapa tidak ?


Pada akhirnya, facebook merupakan media yang cukup bagus untuk jual-beli. Banyak yang sok skeptis dengan facebook, '2018 masih main facebook?' 'masih rame yang facebook'. Duh 

Financial Technology
Gampangnya, teknologi berbaur dengan financial atau keuangan berupa berbagai produk keuangan yang lebih mudah dan tentu murah. Mungkin untuk saat ini generasi milenial tidak banyak diuntungkan dengan kehadirannya untuk saat ini karena cenderung lebih ke transaksi keuangan yang intens, namun bukan berarti tidak perlu untuk memperhatikan pergerakannya, terlebih keuntungan-keuntungan yang didapatkan.

Flip.id
Flip merupakan fintech yang dikembangkan oleh alumni ekonomi UI. Mereka merupakan bisnis peer to peer yang menjebatani nasabah yang ingin mentransfer uang antarbank namun tidak ingin dikenakan biaya admin sebesar Rp6.500. Bisnis model mereka mudah ditebak, kita diharuskan transfer uang ke rekening yang sama dengan milik mereka, lalu diteruskan ke rekening tujuan kita yang akan ditransfer menggunakan rekening mereka yang sama. Cukup rumit sebenarnya karena kita diharuskan konfirmasi transfer dengan mengupload buktif transfer untuk akan dicek kebenarannya. Dalam kurun waktu kurang lebih 3 bulanan, saya berhasil menghemat sekitar Rp150.000


Jenius BTPN
BTPN atau Bank Tabungan Pensiunan Nasional merupakan bank swasta di Indonesia. Baru-baru ini, BTPN mengeluarkan prodk fintech dengan nama Jenius BTPN. Uniknya, proses pembukaan rekening bank ini tidak perlu mendatangi bank, namun cukup dengan membuat janji tatap muka yang akan didatangi oleh petugas mereka. Keuntungan yang didapat dari produk fintech ini yaitu, transfer antarbank secara gratis sebanyak 25x dalam sebulan, serta mendapatkan kartu kredit virtual yang dapat digunakan untuk berbelanja di berbagai merchant. Dikombinasikan dengan promo-promo menarik berupa cashback, tentu produk ini sangat bermanfaat bagi saya yang kere hore.


Financial Planning
Hidup di Jakarta selama OJT (on job training) membuat saya harus berpikir berkali-kali lipat untuk mengeluarkan uang alias harus berhemat. Pasalnya, selain masih mempunyai tanggungan kos di Bandung, saya harus menyediakan budget untuk survive di Ibu Kota ini. Saya menggunakan aplikasi perencanaan keuangan yang membukukan berbagai pengeluaran saya. Sebenarnya simpel, kalau mau hemat ya tahan hawa nafsu untuk ngeluarin duit, pakai tenaga yang lebih buat jalan kaki, makan makanan yang ga mahal toh pada akhirnya berbagai makanan itu akan menjadi 'limbah coklat'. Aplikasi ini juga memotivasi saya untuk terus berhemat


Aplikasi, Startup dan Vending Machine
Untuk ini saya bingung memberi nama yang pas. Mudahnya, startup yang saya maksud yaitu seperti gojek, grab dan aplikasi yang akan saya bahas yaitu pembayaran digital seperti ovo dan tcash serta vending machine yang terafiliasi dengan bluepay. Pembayaran non tunai di Indonesia akan berada pada masa jayanya beberapa tahun mendatang sehingga kita harus mengenalnya dari sekarang dan memanfaatkan keuntungan-keuntungan yang ada.

Go-Pay
Promo cashback ini masih berlangsung hingga 15 Juni 2018. Lumayan kan ngopi di starbucks 40 ribuan, cashback 20 ribu atau bisa dipakai di berbagai merchant lainnya seperti flipburger, chatime, excelso dll


Grab & Ovo
Berbeda dengan Go-Pay yang terintegrasi dengan Go-Jek, grab menggunakan ovo untuk pembayaran digitalnya. Kemarin saya menggunakan ovo untuk pertama kalinya dan mendapatkan potongan 80% perjalanan menggunakan grab. Saya jarang sekali menggunakan transportasi online di Jakarta, harganya terbilang mahal dan jika ada waktu lebih, saya memilih tranportasi umum sembari membantu Jakarta yang sedang menyandang predikat kota dengan unhealthy air quality.


Tcash
Siapa yang tidak mengenal produk besutan telkomsel ini. Pertama kali saya menggunakan tcash di tahun 2015, banyak sekali manfaat yang saya rasakan terutama di potongan harga berbagai produk. Yang masih saya ingat betul sih waktu nonton di XXI setiap hari senin, cuma bayar Rp15.000


Vending machine
Vending machine atau mesin penjual otomatis mulai menjamur di Indonesia. Sayangnya, terkadang agak sulit menggunakannya ketika mesinnya error, tidak bisa memasukkan uang tunai. Di era IoT (internet of things) sekarang, terdapat produk BluePay yang terintegrasi dengan mesin tersebut seperti yang tersebar di berbagai stasiun KRL di Jakarta. Saya pertama kali mencobanya di Stasiun Jakarta Kota. Untuk pembelian pertama, hanya dikenakan biaya 100. Menarik sekali, seharian menghemat uang, sorenya dapat rejeki.




Penutup

Pada akhirnya, untuk dapat hore meskipun sedikit kere, kita dituntut untuk lebih oportunis untuk melihat keadaan. Jika bisa lebih murah, mengapa tidak. 

Cerita bersambung saya untuk mendapatkan uang dengan memanfaatkan berbagai produk digital dan media sosial dapat dibaca di

Komentar

Popular Posts

Cara Legal Download Jurnal Elsevier dengan Akun Email Universitas

Santos Ltd: Perusahaan Multinasional yang Menyokong Kebutuhan Gas di Indonesia

Rekayasa Siklus Karbon sebagai Energi Terbarukan