Langsung ke konten utama

Buat Kamarmu Lebih Sejuk dengan Bola Lampu LED


Bola lampu
Indonesia merupakan pengguna energi terbesar di Asia Tenggara dengan porsi 36% dari total penggunaan energi primer di wilayah tersebut. Antara tahun 2000 dan 2015, produk domestik bruto (PDB) Indonesia bertambah dua kali lipat, dibarengi dengan kebutuhan listrik sebesar 150%. Pertumbuhan ekonomi mendorong kebutuhan energi Indonesia. Diperkirakan, diperlukan tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 4.1 gigawatts (GW) per tahun hingga 2030 (Maaf Pak Jokowi, your team projection gone wrong), dimana 50% diantaranya berasal dari PLTU batubara. Efisiensi sangat penting dilakukan untuk menghemat energi dan biaya serta mengurasi emisi.

Penghematan listrik yang siginifikan sangat mungkin diperoleh dari peningkatan efisiensi energi lampu. Peralihan ke penggunaan lampu hemt energi jenis CFL (Compact Fluorescent Lamps) dalam dekade terakhir-yang didukung oleh program pemerintah-menghemat tagihan pelanggan listrik sebesar 3.3 miliar USD pada tahun 2016. Lampu LED (Light-Emitting Diodes), yang lebih efisien, saat ini mulai meningkat pangsanya mencapai 30% dari total penjualan di tahun 2016. Jika tren penggunaan lampu LED berlanjut, pelanggan listrik Indonesia diperkirakan mampu menghemat 560 juta USD per tahun di tahun 2030.

sumber: https://www.viribright.com/lumen-output-comparing-led-vs-cfl-vs-incandescent-wattage/

Dari permasalahan di atas, saya mencoba mengulas perbedaan di kedua jenis lampu tersebut dengan permasalahan temperatur ruang yang menjadi permasalahan saya saat ini. Sejujurnya, saya bukanlah tipe orang yang hemat energi. Sebuah set komputer, televisi, dua buah speaker, kipas angin, printer, playstation, dispenser dan perabotan elektronik yang ada di kamar saya mampu menyerap kurang lebih 700 Wh dari sumber listrik PLN #sahabatPLN. Namun, permasalahan muncul ketika saya merasakan hal yang aneh setahun belakangan dan baru menemui sumber permasalahannya, yaitu lampu. Dua tahun belakangan, saya menggunakan lampu CFL berjenis tornado merk Phillips berdaya 24 watt. Saya memilih lampu tipe ini karena cahaya yang dihasilkan setara dengan lampu neon, dibandingkan dengan tipe lainnya seperti lampu jari. Sebelumnya saya menggunakan lampu LED merk Osram dan Hiled namun ternyata cahayanya kurang cocok bagi saya. Sampai detik ini, saya tidak memberikan ruang lingkup biaya listrik karena biaya kos saya sudah termasuk listrik.


Metodologi



Eksperimen saya lakukan dengan mengukur temperatur permukaan lampu hingga mendapatkan nilai temperatur yang stabil beberapa detik dan pada nilai paling tinggi. Untuk mengukurnya, saya menggunakan thermocouple tipe TM-902C dengan range pengukuran -50 hingga 1300 derajat celcius. Lampu yang saya gunakan adalah LED 19 watt dan CFL 24 watt. Hal mendasar mengapa saya memilih lampu LED 19 watt karena spesifikasi flux cahaya dalam satuan lumens yang lebih tinggi dibandingkan CFL 24 watt. Spesifikasi masing-masing lampu sebagai berikut. 

Lampu CFL
 Lampu LED



Hasil

Hasil dari pengukuran tersebut sebagai berikut.


Lampu LED

Lampu CFL


Hasil pengukuran menunjukkan bahwa lampu CFL melepaskan energi panas yang lebih tinggi dibandingkan lampu LED yang didapatkan dari temperatur permukaan lampu. Terlepas dari validitas metode percobaan, dari pengalaman saya menggunakan lampu LED beberapa jam memang terasa lebih sejuk, tidak sehangat menggunakan lampu CFL.

Pada bola lampu CFL, arus listrik mengalir diantara elektroda yang ujungnya terdapat tabung berisi gas inert. Reaksi berupa eksitasi elektron menghasilkan sinar ultraviolet dan panas yang kemudian terkonversi menjadi cahaya ketika elektron bertemu dengan lapisan fosfor pada interior lampu. 

Sama seperti bola lampu CFL, bola lampu LED mengemisikan lebih sedikit energi panas. Sebagai perbandingan, lampur CFL melepaskan 80% energinya sebagai panas, kontras dengan LED yang hanya melepaskan 12%. Efisiensi lampu LED lebih baik karena cahaya yang diemisikan memiliki arah yang spesifik, tidak memerlukan diffuser ataupun reflektor yang dapat memerangkap cahaya.

Dalam aspek ekonomi, pengeluaran biaya listrik lampu LED tentu akan lebih ekonomis dibandingkan CFL, namun pertimbangan utama berada pada capital cost untuk membeli lampu LED yang cenderung lebih mahal dibandingkan lampu CFL. Menurut saya, investasi di lampu LED akan memberikan dampak yang signifikan, bagi kenyamanan anda di ruangan maupun bagi lingkungan



Jika anda sebagai pembaca mahir menggunakan software ANSYS atau FlexPDE, saya akan memberikan reward 200 ribu rupiah untuk membantu saya mensimulasikan persebaran temperatur di kamar saya dengan kasus kedua jenis lampu tersebut. Silakan hubungi line : lucaxyzz


Sumber dan referensi

- International Energy Agency. Energy Efficiency 2017, Laporan Khusus: Efisiensi Energi di Indonesia.

Komentar

Popular Posts

Santos Ltd: Perusahaan Multinasional yang Menyokong Kebutuhan Gas di Indonesia

Cara Legal Download Jurnal Elsevier dengan Akun Email Universitas

Pengalaman OJT di Santos Ltd. [Minggu Pertama]