Langsung ke konten utama

Perjalanan Satu Dekade #1



Looongggg time, no write, dan akhirnya berada di penghujung dekade. Kalau dipikir-pikir, semua yang dilewati dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ngga ada rasanya, cepat atau lambat terkadang relatif terhadap masalah maupun event yang saling beriringan mewarnai kehidupan. Terkadang juga, masalah dan dinamika kehidupan sebelumnya, dapat menentukan kehidupan di waktu selanjutnya, bahasa kerennya teori Butterfly Effect. Demikian juga dalam kehidupan saya, butterfly effect tersebut membawa saya di posisi sekarang baik posisi keluarga, rekening, teman, hingga pekerjaan.

Plot:
2010 - 2011 Madiun
2011 - 2012 Pamekasan
2012 - 2015 Surakarta
2015 - 2019 Bandung
2019 - 2020 Jakarta

2010

Tahun di mana saya pertama kali membuat Facebook dan bermain ninja saga, pertama kali juga kenal cinta monyet meskipun waktu itu di tolak, hei kamu semoga ngga baca. Bisa dibilang ini adalah pijakan butterfly effect dengan bantuan privilege dari orang tua saya berupa uang saku. Waktu itu salah satu mata pelajaran SMP mengharuskan siswa untuk membawa majalah untuk dirangkum. Saya kecanduan membaca baik cerpen maupun artikel berbau sains. Berlangganan majalah Bobo yang waktu itu seharga 9.500 cukup memberatkan sehingga saya mengoleksi majalah Bobo dari tahun 1970an hingga 2010, dengan modal 50.000 di tahun baru 2010 (saya masih ingat malam sebelumnya begadang nonton film di Trans TV, ghost ship dan ghost rider 2) saya bersepeda 10 kilometer dari rumah menuju pasar loak, berburu majalah Bobo kiloan. 2010 waktu yang saya habiskan untuk membaca majalah Bobo, Mentari, XYZ dan beberapa komik dan novel seperti ghostbumps.

2011

Tahun ini merupakan tahun terburuk, tersedih, terpasrah yang saya dan keluarga alami kendati waktu itu saya belum terlalu paham masalah finansial keluarga. Kedua orang tua saya wiraswasta, memiliki toko yang cukup dikenal di desa kami, di pinggiran jalan raya besar. Kebutuhan hidup dan mungkin karena persaingan (ada tetangga yang sirik) membuat kami sekeluarga pasrah dengan segala harta yang ada, dilepaskan untuk membayar tunggakan hutang bank konvensional.

Masalah di atas tidak saya sadari, saya begitu asyik mengenal game online: point blank, ke warnet setiap hari dan merengek meminta laptop hingga dikreditkan dan pun akhirnya disita karena tidak mampu bayar kreditan. Di tahun ini pula saya harus pindah dari tanah kelahiran karena berada di masa transisi ketika semua harta orang tua disita. Saya di titipkan di Pulau Madura, setahun penuh hingga masa masuk SMA.

Dari kiri ke kanan: Titan, Luca, Iqbal, Noval

Dalam urusan pertemanan, karena saya cukup sering dibully sama beberapa kelompok, saya cenderung memilih circle kecil. Waktu wisata di Bali, Juli 2011, saya memilih satu bus dengan kelas akselerasi yang cowoknya hanya 3 orang, Titan, Iqbal dan Noval. Titan sekarang lulusan akademisi polisi, Iqbal teknik perkapalan ITS dan Noval di Ombudsman RI. Saya tidak bilang teman-teman lainnya lebih buruk, namun saya tidak salah juga memilih circle yang baik bagi saya.



2012

Perjalanan berat, berpisah dari orang tua dan akhirnya berkumpul kembali saat saya berhasil masuk ke SMA Negeri melalui jalur tes. Ah andaikan sistem zonasi waktu itu sudah ada, hancur hidup saya hahaha. Ngga banyak hal baru, saya berkurtat dengan prestasi nilai sekolah, berharap hal tersebut membenahi kehidupan dan perekonomian keluarga di masa mendatang. Bapak mulai bekerja lagi dengan gaji 3 jutaan, terkadang borongan dan syukurlah saya kembali mendapatkan privilege sebuah laptop 11,6" ahh lemot sekali pokoknya. Saya mulai belajar banyak dari internet, sliweran di forum kaskus dan saya rasa ini pijakan lain ke kehidupan berikutnya, keterbukaan wawasan.

Tahun pertama di SMA, ikut ekstrakurikuler fotografi, ga punya kamera sampai rela jual sepeda untuk beli kamera pocket merk nikon. HP waktu itu galaxy mini, ngga bisa diarepin banyak untuk fotografi.

 


2013

Saya ngga berharap banyak tahun ini waktu itu, namun ternyata di akhir 2013 merupakan turning point kehidupan saya. Kelas 11 SMA saya berusaha untuk mengisi waktu di sela-sela ke'selow'an kegiatan sekolah. Saya tipe siswa yang sangat skeptis dengan organisasi baik OSIS maupun pengawasnya karena ini mengganggu love story waktu itu hahaha. Saya lebih menyibukkan diri dengan surfing di dunia maya dan akhirnya tercetuslah ide untuk membuat sesuai, waktu itu saos dari pisang yang cukup populer di filipina. Dari ide tersebut saya ceritakan ke guru pengampu Karya Ilmiah Remaja (KIR) dan di suatu saat saya stuck, duduk di pinggiran taman sekolah, mencabuti rumput dan menciumnya, aromanya menarik. Terpikir untuk membuat parfum hingga akhirnya ketemulah nama dan fungsi dari tanaman tersebut, ternyata dapat digunakan untuk obat tifus.

https://www.kaskus.co.id/thread/529156b4fdca17b423000002/?ref=profile&med=thread

Tidak berhenti, saya mendapatkan kontak seorang dosen universitas swasta untuk membantu mengembangkan ide saya. Semua tahap proposal saya lewati, membuat state-of-the-art dari ide saya dan berusaha menemukan novelty untuk dilakukan penelitian. Akhirnya saya melakukan ekstraksi, pengujian golongan senyawa dan pengujian dengan metode in vitro. Semua saya lakukan sepulang sekolah dari bulan November-Desember 2019. Hasilnya cukup memuaskan, saya mendapatkan berbagai penghargaan lomba dan saya dihadiahi oleh sekolah untuk pengurangan biaya SPP karena prestasi tersebut.

2014

Babak selanjutnya dari kerja keras penelitian di tahun 2013, saya mencoba untuk membudidayakan tanaman tersebut untuk penelitian lebih jauh. Sudah pesan lahan, nahas, Gunung Kelud meletus. Selengkapnya sudah pernah saya bahas


http://www.lucacadalora.id/2015/09/sumber-inspirasi-penelitian-abu-vulkanik.html

Di tahun ini, proposal penelitian saya tersaring dari 1300 proposal lainnya untuk dipilih 30 proposal terbaik dan dibimbing di pusat penelitian LIPI. Saya ditempatkan di Puslit Geoteknologi, Bandung. Sebulan saya melakukan penelitian, membuat prototype dan mempresentasikannya di LKIR ke-46 dan menjuarai bidang sains. Saya dinominasikan untuk mengikuti ajang science fair, Intel ISEF di Pittsburgh, USA, tahun berikutnya.

2015

Masa perkuliahan, saya memilih ITB dan berharap masuk ke jurusan Teknik Kimia, bermodalkan idealisme kurangnya teknologi anak bangsa sehingga negara Indonesia dibrondong produk impor. Di tahun ini saya mengikuti science fair di Pittsburgh, Pennsylvania, USA dan mendapatkan penghargaan 4th grand awards di bidang Materials Scince. Saya menempati posisi ke-4 dari 59 project yang berasal dari 72 negara, sedunia. Saya menang bukan karena teknologi saya canggih, namun saya pandai bergimik background stories dari penelitian yang saya angkat, dan itu berhasil. Memasuki perkuliahan, saya mendapatkan beasiswa bidikmisi, artinya 8 semester biaya UKT saya ditanggung negara dengan syarat, IP harus di atas 2,5 agar beasiswa tidak dicabut.



Saya berpikir, waktu saya SMA, jarang sekali yang mengikuti kompetisi. Waktu kuliah, kok menjadi sesuatu yang sangat common. Saya memutuskan untuk membuka usaha dari apa yang telah saya jalani, berkecimpung di dunia penelitian, bercengkrama dengan alat laboratorium, mendapatkan kolega di berbagai konferensi, membuat saya optimis dengan berjualan berbagai barang yang berhubungan dengan hal tersebut. Saya membranding bisnis saya dengan Luca's Laboratory. Selengkapnya saya bahas di

http://www.lucacadalora.id/2016/08/berani-beda-dengan-berwirausaha-1.html

....

Bersambung

Jakarta,
30 Desember 2019

Komentar

Popular Posts

Cara Legal Download Jurnal Elsevier dengan Akun Email Universitas

Santos Ltd: Perusahaan Multinasional yang Menyokong Kebutuhan Gas di Indonesia

Rekayasa Siklus Karbon sebagai Energi Terbarukan