Langsung ke konten utama

Air : Sumber Kehidupan Sekaligus Energi Terbarukan yang Merakyat #1

Pembangunan infrastruktur kelistrikan sejatinya merupakan tugas pokok PLN , perusahaan satu-satunya yang mengelola penyaluran listrik di Indonesia. Menembus hutan, gunung dan laut sudah dilakukan olehnya untuk menerangi desa-desa pelosok di Sumatera hingga Maluku dan Papua. Tentu kita berpikir bahwa Pulau Jawa dengan penduduk terpadat di Indonesia, ibaratkan PR sekolah yang sudah selesai lebih dahulu. Tapi nyatanya, ada saja desa di Pulau Jawa yang tidak jauh dari pusat kota besar tidak mendapatkan aliran listrik dari PLN.

Jika anda pernah berwisata ke Kota Bandung, tepatnya di Lodge Maribaya Lembang, anda akan berpikir indahnya kota Bandung dan pinggirannya yang terlihat asri nan modern. Tapi siapa sangka, anda sedang berdiri di depan perbukitan yang masyarakatnya pernah tidak seberuntung anda, seperti menonton televisi dan menggunakan alat elektronik bahkan lampu pijar sekalipun. 

Jika penasaran, cobalah mengambil jalur arah kiri setelah bertemu dengan natural hot spring resort , menanjak membelah bukit yang akan anda kira hanya daerah atas yang tidak ada kehidupan. Setelah itu, anda akan melewati perkebunan dengan berbagai tanaman sayur-mayur, lengkap dengan petani yang terlihat hidup makmur. Jauh dari itu, satu pedesaan akan anda temui hingga meninggalkan batas Kota Bandung menuju Kabupaten Subang. Satu desa terlewati, jika anda masih belum menyerah, anda akan menemukan pemandangan yang lebih indah dari Lodge Maribaya, namun dengan jalanan yang terjal berbukit dengan kerikil yang teraspal tidak sempurna. Teruslah menelusuri jalan yang mulai berbatu sementara dipinggir jalannya adalah jurang curam yang memusatkan mata pada aliran sungai di bawah dan peternakan ayam dengan kandang yang cukup besar


Jalan perbatasan menuju Desa Cupunagara. Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jangan menyerah, setelah berhasil melewati itu, anda akan mendapatkan suntikan pemandangan hamparan kebun teh setelah memasuki desa ke-2, lengkap dengan pabrik teh dipinggiran tanah lapang dan berdampingan dengan Kantor Kepala Desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak. 

Kebun teh di Desa Cupunagara

Mahasiswa KKN mungkin masih terlihat menemani anak-anak bermain di lapangan tersebut. Jika anda tadinya menggunakan mobil, beralihlah ke kendaraan roda dua. Bersiaplah untuk tidak menyerah melewati perbatasan antar desa tersebut. Jalan berbatu sebelumnya mungkin masih wajar bagi anda, namun jalan perbatasan ini memiliki jalanan yang jauh lebih curam dengan bebatuan yang tidak tertata dengan rapih. Anda harus pintar memilih jalur yang akan dilewati roda motar agar tidak terselip bahkan terjatuh. Sinyal HP anda mulai no service, tak apa, hanya untuk sebentar saja karena tadi anda penasaran. Satu momen yang akan membuat anda merasa de ja vu oleh program televisi seperti jejak petualang, anda akan menyeberangi sungai kecil dengan motor anda. Anda masih merasa aman berkendara di siang hari sedangkan di malam hari cahaya redup Bulan tidak sanggup menembus semak dan pepohonan yang tinggi untuk menerangi tiap inci jalan.

Jalan perbatasan meuju Desa Bunikasih. Sumber : Dokumentasi pribadi

Setelah berkendara motor kurang lebih 40 menit melewati perbatasan, anda akan menemukan sebuah desa yang sangat sederhana yakni Desa Bunikasih. Desa yang anda tuju ini hanya terletak 23 kilometer dari pusat Kota Bandung. 

Desa Bunikasih. Sumber : Dokumentasi pribadi

Pertama kali tiba, jangan berburuk sangka kepada warga dahulu karena mereka menyalakan lampu di siang hari. Coba ingat-ingat selama perjalanan anda, tiang dan kabel listrik terakhir anda temui di Desa Cupunagara. Lalu dari mana semua listrik di Desa ini ? Cobalah bertanya ke salah satu warga yang kebanyakan bekerja sebagai petani dan peternak, anda akan diberikan jalan masuk hutan dan menuruninya. Setelah 20 menit berjalan kaki melewati hutan tersebut, anda akan menemukan persawahan dengan udara yang lebih sejuk dari Lembang. Gemericik air yang sangat menggelitik telinga dan bagi sebagian pecinta alam, akan tergoda untuk mencicipi airnya. Anda akan menemukan pipa besar yang miring dan menuruni bukit yang berakhir disebuah gubuk kecil. Suara bising mulai terdengar, ternyata inilah gubuk kecil yang menyimpan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).

Pipa air PLTMH. Sumber : Dokumentasi pribadi


Gardu PLMH. Sumber : Dokumentasi pribadi
Turbin dan Dinamo (Generator) PLTMH
2012, 23 KM dari Kota Bandung, tidak ada PLN. Bagaimana bisa tidak ada aliran listrik 5 tahun yang lalu sedangkan mereka berani menembus hutan belantara yang jauh lebih ekstrim dari Desa Bunikasih. Tahun 2009 lalu, seorang dosen dari Fakultas Teknik, Univertas Subang tergerak untuk membantu desa ini. Dengan survey lapangan dan pengecekan debit air yang ternyata waktu kemarau masih mengalir 25 liter per menit, dengan bermodalkan proposal 360 juta, Pak Novandri berhasil menerangi 30-an rumah diatas PLTMH tersebut.

Jauh sebelum Pak Novandri datang dan meskipun PLN tidak memasuki desa mereka, warga Bunikasih tidak menyerah sampai situ saja. Mereka justru berinisiatif untuk melihat potensi alam yang ada dengan mengkonversikan energi gerak menjadi energi listrik menggunakan sistem sederhana. Namun, musim kemarau menjadi halangan bagi mereka, aliran air yang terlampau kecil tidak mampu memutar sistem buatan mereka sehingga listrik menjadi barang musiman bagi mereka, itupun masih dengan lampu pijar 110 volt yang redup dan tidak memenuhi standar yang seharusnya yaitu 220 volt.

Lalu bagaimana dengan lampu yang menyala siang hari tadi ? Hal tersebut memang disengaja karena kapasitas PLTMH tersebut menghasilkan energi listrik 15 kilowatt dan dimanfaatkan oleh warga sekitar 6 kilowatt. Sisa energi yang terbuang cukup besar membuat turbin rentan terbakar sehingga energi yang bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk dibuang, salah satunya dengan menghidupkan lampu 24 jam 7 hari. Dengan iuran sebesar 5000 rupiah untuk satu alat elektronik, per kepala keluarga sudah dapat menggunakan alat elektronik baik televisi, radio dan sebagainya. Rata-rata warga disana mengeluarkan uang 15 hingga 20 ribu tergantung banyaknya lampu dan alat elektronik.

Desa bunikasih kini telah mandiri. Beberapa bulan lalu PLN menampakkan batang hidungnya setelah Pak Noviandri melakukan audiensi dengan pemda Subang. Langkah nyata yang akan membuat warga Desa Bunikasih lebih bermartabat akan menemukan babak baru.

Bersambung..


Terima kasih penulis ucapkan kepada :

Bapak Noviandri, M.T. Fakultas Teknik, Universitas Subang

Artikel #6 dari #15HariCeritaEnergi 
Berita terkait energi dan mineral, serta kebijakannya dapat diakses di https://www.esdm.go.id/id/

Sumber dan referensi :

https://finance.detik.com/energi/3481793/pln-listriki-desa-desa-di-pelosok-papua
Diakses pada : 23 Agustus 2017 pukul 21:30
https://finance.detik.com/energi/3501746/tembus-laut-dan-gunung-pln-terangi-pelosok-maluku-papua
Diakses pada : 23 Agustus 2017 pukul 21:50

Komentar

Popular Posts

Santos Ltd: Perusahaan Multinasional yang Menyokong Kebutuhan Gas di Indonesia

Cara Legal Download Jurnal Elsevier dengan Akun Email Universitas

Teknologi Membran Pada Industri Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Batubara